Pahami apa itu botulisme dan mengapa hal itu menimbulkan kekhawatiran

Pertandingan 1682
Entenda o que é o botulismo e por que ele tem levantado preocupaçõesPada bulan September tahun ini, satu orang meninggal dan delapan lainnya dirawat di rumah sakit di Perancis karena botulisme, penyakit langka yang disebabkan oleh bakteri yang melumpuhkan sistem saraf. Penyakit ini tidak menular, namun disebabkan oleh konsumsi makanan yang terkontaminasi. Semua korban makan sarden kalengan di restoran yang sama.

Botulisme juga menyerang orang lain di seluruh dunia, termasuk Brasil. Meski bukan epidemi atau wabah penyakit global, namun berita seperti ini membuat khawatir semua orang karena menyangkut sesuatu yang sangat sepele dalam kehidupan sehari-hari, yaitu makanan.

Apa itu botulisme Bakteri penyebab botulisme dapat ditemukan di tanah, air yang tidak diolah, dan tanaman. Namun bahayanya muncul selama penyimpanan, karena tumbuh di tempat dengan kandungan oksigen rendah. Dalam situasi ini, mikroorganisme melepaskan spora yang bersifat racun jika tertelan.

Karena karakteristik pertumbuhan bakteri ini, kehati-hatian harus dilakukan saat mengonsumsi makanan kaleng. Kemasan hati sawit, sosis dan acar merupakan contoh tempat dimana mikroorganisme paling banyak ditemukan.

Di sisi konsumen, penting untuk memilih produk berkualitas tinggi untuk menghindari risiko. Gelas yang diawetkan antara lain harus memuat identitas negara asal, daftar bahan, tabel nilai gizi, tanggal kadaluwarsa, buku petunjuk, dan nomor batch. Membeli dari merek terkenal juga merupakan strategi untuk keamanan yang lebih baik. Pasalnya, yang paling populer adalah perusahaan yang sudah lama berada di pasar dan mengikuti peraturan yang berlaku.

Aspek penting lainnya adalah mengamati tampilan kemasannya. Jika makanan berada di dalam stoples yang bengkak, kaca keruh, atau warnanya berbeda, kemungkinan besar makanan tersebut terkontaminasi.

Selain itu, mengonsumsi makanan kaleng di tempat asing memerlukan kehati-hatian. Hal ini karena konservasi produk yang buruk juga dapat menyebabkan terbentuknya racun.

Bagi yang suka membuat pengawet, daging atau sayuran buatan sendiri, sebaiknya direbus 15 menit sebelum dikonsumsi. Racun berkembang biak pada suhu sekitar 3°C, jadi memasak makanan dengan benar sangat penting untuk menghindari risiko.

Jika seseorang mengonsumsi sesuatu dan mengalami sakit kepala, mual, pusing, ingin pingsan, atau gejala aneh lainnya, sebaiknya konsultasikan ke dokter sesegera mungkin. Meski penyakit ini berbahaya, namun bisa disembuhkan dengan pengobatan yang tepat dan tidak meninggalkan akibat apa pun.

Menurut Kementerian Kesehatan, masa inkubasi, atau waktu antara konsumsi dan munculnya gejala, bisa berkisar antara 2 hingga 10 hari, namun rata-rata orang menyadari gejalanya dalam waktu 12 hingga 36 jam. Semakin besar konsumsinya, semakin pendek masa inkubasinya.

Bagaimana perusahaan mencegah botulisme Perusahaan juga harus berhati-hati untuk menghindari penyebaran botulisme pada produk mereka. Selama proses tersebut, penting untuk melakukan analisis kimia dan ini termasuk, misalnya, titrasi, yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah suatu zat dalam suatu larutan.

Saat ini, pemeriksaan jenis ini dilakukan lebih otomatis, dengan peralatan khusus, sehingga prosedurnya lebih aman dan efisien. Titrasi juga dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu makanan mengandung lebih banyak garam atau gula dari yang diharapkan. Dengan cara ini, produsen dapat mengambil tindakan yang diperlukan sebelum barang mulai dijual.

Bagi mereka yang bekerja di sisi lain, yaitu memproduksi masakan untuk konsumen, kepeduliannya harus sama dengan masyarakat pada umumnya. Artinya, belilah hanya dari merek terkenal, jangan menggunakan makanan yang bentuknya berbeda atau bengkak di dalam toples, merebus pengawet sebelum mulai menyiapkannya, dll.

Karena merupakan penyakit serius yang tidak dapat sepenuhnya dihindari, misalnya karena belum ada vaksinnya, botulisme memerlukan perhatian semua orang. Konsumen dan produsen makanan harus berhati-hati agar bakteri tidak memakan korban. Namun jika terjadi infeksi, pasien harus mencari pertolongan sesegera mungkin untuk mengurangi risikonya.